Selasa, 31 Juli 2012

Cetak tinggi

lajeng maos.. »»

Pengertian seni menurut para ahli


Pengertian seni menurut para ahli
1. Dr.Yustiono = mengartikan ilmu sebagai suatu cabang studi yang berkenaan dengan observasi dan klasifikasi fakta, khususnya dengan penetapan hukum-hukum yang teruji baik melalui induksi maupun hipotesis atau secara khusus, ilmu berarti pengetahuan yang disepakati dan terakumulasi serta disusun dan dirumuskan dengan merujuk kepada pendapatan kebenaran umum atau gerak hukum umum.

2. Dra.Nuning Y.Damayanti,Dipl.Art. = Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreatifitas manusia.

3. Ira Adriati, M.Sn. = seni adalah proses dan produk dari memilih medium, dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu, dan suatu set nilai-nilai yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan ekspresi lewat medium itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaan dengan cara seefektif mungkin untuk medium itu.

4. Irma Damayanti, M.Sn. = seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreatifitas manusia. Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai, bahwa masing-masing individu artis memilih sendiri peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya

5. Drs.Rizki Akhmad Zaelani = Kata "seni" adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kabarnya kata seni berasal dari kata "SANI" yang kurang lebih artinya "Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa". Mungkin saya memaknainya dengan keberangkatan orang/ seniaman saat akan membuat karya seni, namun menurut kajian ilimu di eropa mengatakan "ART" (artivisial) yang artinya kurang lebih adalah barang/ atau karya dari sebuah kegiatan. Namun kita tidaka usah mempersoalkan makna ini, karena kenyataannya kalu kita memperdebatkan makna yang seperti ini akan semakain memperkeruh suasana kesenian, biarlah orang memilih yang mana terserah mereka.


lajeng maos.. »»

Cetak bayangan

lajeng maos.. »»

Tiupan






lajeng maos.. »»

kaligrafi


Kaligrafi, dari bahasa Yunani; καλλι "keindahan" + γραφος "menulis" ) Bahasa Jepang Nihongo 日本語) adalah seni menulis dengan indah dengan penasebagai hiasan. Tulisan dalam bentuk kaligrafi biasanya tidak untuk dibaca dengan konsentrasi tinggi dalam waktu lama, karena sifatnya yang membuat mata cepat lelah. Karena itulah sangat sulit menemukan contoh kaligrafi sebagai tipografi buku-buku masa kini.
Meskipun kaligrafi dalam tulisan arab lebih dikenal, tetapi banyak pula penerapan aplikasi ke dalam tulisan latin.

lajeng maos.. »»

Senin, 30 Juli 2012

Seni Rupa Zaman Prasejarah dan Hindu di Indonesia Bersifat Magis dan Religius


Seni prasejarah yang dihasilkan oleh manusia (homo sapiens) pertama, dengan nyata telah memperlihatkan berbagai keunikan. Karya yang dibuat lebih banyak dimaksudkan bagi keperluan hidup sehari-hari, untuk membantu tubuh dalam menghadapi tantangan alam. Bila kita meneliti artifak peninggalan manusia prasejarah dapat dipastikan bahwa kepercayaan animisme, dinamisme, dan totemisme sudah ada pada saat itu. Kepercayaan tersebut menjadi tenaga pendorong untuk berkarya, dan kita sering mengatakan bahwa karya itu berlatarbelakang magis dan religius. Namun tidak sedikit pula karya seni, khususnya seni rupa, yang dilatarbelakangi kepentingan praktis dan estetis saja.
Bila kita meneliti artifak peninggalan manusia prasejarah dapat dipastikan bahwa kepercayaan animisme, dinamisme, dan totemisme sudah ada pada saat itu. Kepercayaan tersebut menjadi tenaga pendorong untuk berkarya, dan kita sering mengatakan bahwa karya itu berlatarbelakang magis dan religius. Namun tidak sedikit pula karya seni, khususnya seni rupa, yang dilatarbelakangi kepentingan praktis dan estetis saja.
Benda-benda peninggalan seni prasejarah yang dapat kita catatkan di antaranya:
1.                   Lukisan gua (cave painting) banyak ditemukan di Eropa dan di Indonesia dengan berbagai gaya dan bentuk, dengan latar belakang magis.
2.                   Bejana keramik (gerabah) dengan berbagai motif hias yang menarik untuk kepentingan praktis.
3.                   Genderang perunggu untuk kepentingan upacara religi yang dihiasi motif stilasi makhluk hidup dan motif geometris yang artistik.
4.                   Hiasan-hiasan tubuh (manik-manik), senjata, serta perlengkapan upacara, termasuk patung-patung kecil dari batu atau logam.
Selain contoh karya yang dituliskan tersebut masih banyak karya seni prasejarah yang lain, baik yang dihasilkan pada zaman paleolitikum, messolitikum, megalitikum, neolitikum, maupun zaman logam. Perlu dicatat juga bahwa karya yang memiliki nilai artistik yang tinggi, terutama pada benda- benda yang tiga dimensional, dihasilkan sejak zaman neolitikum dan zaman logam. Jika kita ingin mengetahui latar belakang penciptaan karya seni, maka kita harus memahami dorongan utama manusia dalam menciptakan karya seni.
Berdasarkan penelitian, dorongan berkarya seni pada dasarnya meliputi:
1.      Dorongan magis dan religius (keagamaan).
2.       Dorongan untuk bermain.
3.       Dorongan untuk memenuhi kebutuhan praktis (sehari-hari).

 Karya Seni Lukis Dinding Gua Zaman Prasejarah Indonesia, Dorongan Magis).

Sejak zaman prasejarah ketiga dorongan tersebut telah menjadi titik tolak kelahiran karya seni, dan akan menjadi dasar dalam penciptaan dan pengembangan karya seni. Pada zaman sekarang, seniman berkarya seni didasari berbagai dorongan berdasarkan misi dan visinya.  

Relief Arjuna, Zaman Hindu, Bali Karya Seni Rupa(Arsitektur) Dilatarbelakangi Dorongan Religius

Gerbang Pura di Bali Karya Seni Rupa(Arsitektur) Dilatarbelakangi Dorongan Religius

lajeng maos.. »»

Jumat, 27 Juli 2012

Pendekatan Berbasis Disiplin Ilmu dan Pendekatan Kompetensi


Pendekatan Berbasis Disiplin Ilmu dalam Pendidikan Seni Rupa

 

Pendekatan seni rupa berbasis disiplin ilmu (dicipline based art education, disingkat DBAE) berintikan pemikiran bahwa seni telah hadir dalam kehidupan bukan hanya sebagai kegiatan penciptaan, tetapi juga sebagai cabang pengetahuan yang menjadi bahan kajian filosofismaupun ilmiah dan berhak dipelajari di lembaga pendidikan. Seni adalah disiplin ilmu yang khas dengan karakter yang dimilikinya, mendapat dukungan kelompok ilmuwan, dikembangkan melalui penelitian. Pendukung Pendidikan Seni Rupa Berbasis Disiplin berpendapat bahwa pendidikan seni rupa yang memberikan kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan ernosinya adalah penting, tetapi jangan sampai mengabaikan kegiatan mempelajari aspek pengetahuan keilmuannya. Cakupan pendidikan seni rupa perlu diperluas. Eisner (1987/1988) menegaskan bahwa Pendidikan Seni Rupa Berbasis Disiplin bertujuan untuk menawarkan program pembelajaran yang sistematik dan berkelanjutan dalam empat bidang seni rupa yang lazim dalam kenyataan yaitu bidang penciptaan, penikmatan, pemahaman, dan penilaian. Keempat bidang tadi disampaikan dalam kegiatan belajar: produksl seni rupa, kritik seni rupa, sejarah seni rupa dan estetika. Anak hendaknya tidak hanya diberi kesempatan untuk berekspresi/ menciptakan karya seni rupa tetapi juga perlu mempelajari bagaimana caranya menikmati suatu karya seni rupa serta memahami konteks dari sebuah karya seni rupa dari berbagal masa. Pelaksanaannya tidak harus terpisah tetapi dapat dipadukan.

             Pendidikan Seni Rupa Berbasis Disiplin merupakan suatu pendekatan dan bukan merupakan suatu metode yang spesifik, maka wujud penampilannya dapat yang bervariasi. Yang jelas, sasarannya adalah adanya peningkatan kemampuan anak dalam berbagai bidang kegiatan tersebut.

Ciri DBAE adalah : 

1.            Seni rupa sebagai subyek dalam pendidikan umum dengan kurikulum yang tertulis serta disusun secara sistematis mencakup kegiatan ekspresi/kreasi, teori, dan kritik/apresiasi seni rupa, untuk membangun pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan.

2.         Kemampuan anak dikembangkan untuk: menghasilkan karya, menganalisis, menafsirkan, dan menilai kualitas karya, mengetahui dan memahami peran seni rupa dalam masyarakat serta memahami keunikan karya seni rupa dan bagaimana orang memberikan penilaian dan menguraikan alasan penilaian tersebut.

3.           Seni Rupa diimplementasikan dengan dukungan masyarakat, staf pengembang, nara sumber, dan program penilaian (Dobbs, 1992).



 

 Pendekatan Kompetensi dalam Pendidikan Seni Rupa

 

Pendekatan kompetensi sering dianggap sebagai reaksi atas pendekatan yang mengacu kepada materi (termasuk DBAE). Tetapi jika direnungkan sebetulnya arahnya sejalan, karena materi yang dipilih pada dasarnya dijabarkan dari kompetensi yang diharapkan. Bedanya, pada pendekatan kompetensi terlebih dahulu yang ditetapkan adalah kompetensinya. Pendekatan kompetensi, dewasa ini mendapat perhatian kembali di sekolah dan sedang dalam tahap sosialisasi dan pengkajian. Inti pandangannya adalah bahwa setiap bahan ajar yang dipilih serta metode dan media yang digunakan harus diarahkan kepada pembentukan kompetensi siswa. Untuk setiap jenjang pendidikan, perlu ditetapkan kompetensi apa yang harus dikembangkan. Gagasan ini tampaknya didorong oleh hasrat perlunya menyiapkan sejak dini pembentukan SDM yang memiliki kemampuan handal, kompetitif, khususnya menghadapi persaingan global masa depan.

Pendekatan kompetensi sesungguhnya sudah agak lama dikenal dalam sistem pendidikan guru yang dikenal dengan PGBK (pendidikan guru berdasar kompetensi). Dalam bidang seni, pendekatan kompetensi menjadi bahan pembahasan dan disepakati sebagai acuan bagi penyelenggaraan pembelajaran seni di Indonesia. Konsep dasar pendekatan kompetensi adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar-mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah (Puskur-Balitbang Depdiknas, 2002).

Dimensi kompetensi mencakup aspek-aspek yang telah diuraikan di muka yaitu:Persepsi, Pengetahuan, Pemahaman, Analisis, Evaluasi, Apresiasi, dan Produksi.

Implikasi pendekatan kompetensi dalam aspek pelaksanaan adalah bahwa kegiatan belajar-mengajar terarah kepada suatu sasaran yang berbentuk kompetensi siswa setelah mengikuti suatu program dalam limit waktu tertentu. Pembelajaran tidak asal berlangsung, tapi terkontrol, bertahap, berkelanjutan. Ekspresi-kreasi sukar diduga, sukar diukur, sukar dilatih, karena dorongannya ada di dalam diri individu. Dalam hal ini, ukuran-ukuran kompetensi tak bisa lain kecuali bersifat fleksibel, multikriteria dan kualitatif, seperti terungkap dari kata-kata:"siswa memiliki kemampuan berapresiasi.. .,dst". 

Pendekatan DBAE maupun pendekatan kompetensi sama-sama memiliki harapan agar pembelajaran itu berkualitas dan bermakna, tidak sekedar merasa cukup jika siswa ramai-ramai berkarya, tetapi karyanya itu-itu juga dari waktu ke waktu baik dalam tema, bentuk maupun gagasan.

 


lajeng maos.. »»

Seni adalah Keindahan dan Seni adalah Ekspresi

A.   Apakah Keindahan itu?

Menurut asal katanya, "keindahan" dalam perkataan bahasa Inggris: beautiful (dalam bahasa Perancis beau, sedang Italia dan Spanyol bello yang berasal dari kata Latin bellum. Akar katanya adalahbonum yang berarti kebaikan, kemudian mempunyai bentuk pengecilan menjadi bonellum dan terakhir dipendekkan sehingga ditulis bellum.Menurut cakupannya orang harus membedakan antara keindahan sebagai suatu kwalita abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah. Untuk perbedaan ini dalam bahasa Inggris sering dipergunakan istilah beauty (kendahan) dan the beautifull (benda atau hal yang indah). Dalam pembahasan filsafat, kedua pengertian itu kadang-kadang dicampuradukkan saja.

Selain itu terdapat pula perbedaan menurut luasnya pengertian yaitu:

1.                  Keindahan dalam arti yang luas.

2.                  Keindahan dalam arti estetis murni.

3.                  Keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan.

Keindahan dalam arti yang luas, merupakan pengertian semula dari bangsa Yunani, yang di dalamnya tercakup pula ide kebaikan. Plato misalnya menyebut tentang watak yang indah dan hukum yang indah, sedang Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang selain baik juga menyenangkan. Plotinus menulis tentang ilmu yang indah dan kebajikan yang indah. Orang Yunani dulu berbicara pula mengenai buah pikiran yang indah dan adat kebiasaan yang indah. Tapi bangsa Yunani juga mengenal pengertian keindahan dalam arti estetis yang disebutnyasymmetria ntuk keindahan berdasarkan penglihatan (misalnya pada karya pahat dan arsitektur) dan 'harmonia' untuk keindahan berdasarkan pendengaran (musik). Jadi pengertian keindahan yang seluas-luasnya meliputi: - keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral, keindahan intelektual. Keindahan dalam arti estetika murni,menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang dicerapnya. Sedang keindahan dalam arti terbatas, lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang dicerap dengan penglihatan, yakni berupa keindahan dari bentuk dan warna secara kasat mata.

Jadi keindahan pada dasarnya adalah sejumlah kwalita pokok tertentu yang terdapat pada sesuatu hal. Kwalita yang paling sering disebut adalah kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan(symmetry), keseimbangan (balance) dan perlawanan (contrast).

Ciri-ciri pokok tersebut oleh ahli pikir yang menyatakan bahwa keindahan tersusun dari Berbagai keselarasan dan perlawanan dari garis, warna, bentuk, nada dan kata-kata. Ada pula yang berpendapat bahwa keindahan adalah suatu kumpulan hubungan-hubungan yang selaras dalam suatu benda dan diantara benda itu dengan si pengamat. Seorang filsuf seni dewasa ini dari Inggris bernama Herbert Read dalam(The Meaning of Art) merumuskan definisi bahwa keindahan adalah kesatuan dari hubungan-hubungan bentuk yang terdapat diantara pencerapan-pencerapan inderawi kita (beauty is unity of formal relations among our sense-perceptions).

Sebagian filsuf lain menghubungkan pengertian keindahan dengan ide kesenangan (pleasure). Misalnya kaum Sofis di Atena (abad 5 sebelum Masehi) memberikan batasan keindahan sebgai sesuatu yang menyenangkan terhadap penglihatan atau pendengaran (that which is pleasant to sight or hearing). Sedang filsuf Abad Tengah yang terkenal Thomas Aquinas (1225-1274) merumuskan keindahan sebagai id quod visum placet (sesuatu yang menyenangkan bila dilihat).

 

B.       APAKAH EKSPRESI ITU?

Sudjojono menyatakan bahwa seni adalah 'jiwa ketok', seni adalah ekspresi. Bagi seniman, seni haruslah memberikan kepuasan batin, dan menjadi arena mengungkapkan ide dan gagasannya. Sejak itu ia memproklamirkan diri: 'Saya pergi ke realisme'. Sewajarnyalah bila para kritisi seni rupa memberikan sebutan kepadanya sebagai Bapak Seni Lukis Modern Indonesia, sebab dia memperjuangkan kebebasan pribadinya dalam menentukan idiom berkarya seni secara otonom. Dia dalam berkarya lukis tidak lagi mengaduk cat minyak di palet untuk mewarnai langit, tetapi kadang-kadang dia mencampur cat secara spontan di atas kanvas sehinga menemukan goresan atau pewarnaan yang tidak terduga, dengan kekuatan garis ekspresif yang dinamis. Sejalan dengan konsepsi dan kebiasaan melukis Sudjojono, lahirlah lukisan-lukisan dengan beraneka gaya dan bentuk. Di antaranya lahirlah gaya ekpresionisme Afandi yang dengan jujur menjadikan obyektivitas perasaannnya dalam lukisannya.

Seni memang selalu dihubungkan dengan ekspresi pribadi, sebab seni lahir dari ungkapan perasaan pribadi penciptanya.

           Sehubungan dengan nilai ekspresi dalam seni, Herbert Read merumuskan tentang kedudukan ekspresi dalam proses penciptaan seni, sebagai berikut:

1.      Pengamatan terhadap kualitas materiil,

2.      Penyusunan hasil pengamatan tersebut,

3.      Pemanfaatan susunan itu untuk mengekspresikan emosi atau perasaan yang dirasakan sebelumnya.

Herbert Read juga menyatakan bahwa desain yang estetis sudah cukup dengan dua tahap terdahulu saja, tetapi untuk membuat desain yang estetis itu menjadi karya seni, haruslah ditambah dengan ekspresi. Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa seni adalah susunan yang estetis yang digunakan untuk mengekspresikan sesuatu perasaan atau emosi tertentu.

Berdasarkan analisis Sanento Yuliman, karya seni yang berkembang hingga saat ini dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori pendekatan, yaitu:

1.          Ada karya seni yang secara tegas didasari ekspresi, dengan pendekatan emosional (intuitif), misalnya karya-karya Affandi, Courbet, van Gogh, Pollock, dan lain-lain.

2.           Ada pula karya seni yang lebih banyak pertimbangan rasional (kalkulasi) atas komposisi garis, warna, bentuk, bidang, warna, dan unsur visual lainnya; karya yang dibuat dengan pendekatanrasional (intelektual) ini misalnya karya Op Art, Kinetic Art,Kubisme, Konstruktivisme, Purisme, dan lain-lain.

Dari segi kebentukan (visual form), kita menyebutnya gaya informal (yang pertama), dan gaya formal atau rasional yang nonlirisisme (yang kedua).


lajeng maos.. »»